Menilik Kembali Long Road To Heaven
Published Thursday, February 01, 2007 by Syah in Preview and ReviewSebelumnya saya sudah pernah membuat entry tentang Long Road To Heaven. Tapi itu hanyalah pratilik yang saya ambil dari berbagai situs dan merangkumnya menjadi sebuah blog entry. Pertama kali membacanya memang membuat saya tertarik untuk menonton. Tapi setelah saya membaca ulasan dari Tika, saya menjadi ragu. Karena di film itu banyak sekali blooper-nya.
Pada dasarnya saya adalah orang yang mudah penasaran dan tidak mudah percaya apabila tidak disaksikan oleh mata saya sendiri. Saya tonton film itu. Dan apa yang diulas oleh Tika sebelumnya, memang benar bahwa film itu banyak sekali blooper-nya. Tapi, saya melihatnya dari sisi yang berbeda. Saya melihat dari sisi emosi dan dialognya. Ketika melihat dari sisi ini, saya seolah dibawa untuk merasakan apa yang dirasakan oleh para teroris dan korban. Tak ada kesubyektifan dalam film ini. Dan satu lagi, dialognya juga cerdas.
Jadi, apabila anda ingin menonton tetapi masih ada keraguan, saya sarankan untuk tetap menontonnya. Dengan melihat sisi yang lain, bukan dari blooper-nya.
Addendum :
Ada yang mengusik pikiran saya setelah menonton film ini. Disitu diceritakan bahwa suatu saat Imam Samudra akan mengirim surat dengan menggunakan Microsoft Word yang ada di Laptopnya. Jika kenyataannya memang begitu, dan Imam Samudra adalah orang yang benar-benar fanatik serta sangat membenci Amerika, kenapa dia harus menggunakan Microsoft Word yang notabene adalah produk Amerika ?
(didedikasikan untuk inspirator saya Herman Saksono, yang sangat ingin mengetahui ulasannya)
Pada dasarnya saya adalah orang yang mudah penasaran dan tidak mudah percaya apabila tidak disaksikan oleh mata saya sendiri. Saya tonton film itu. Dan apa yang diulas oleh Tika sebelumnya, memang benar bahwa film itu banyak sekali blooper-nya. Tapi, saya melihatnya dari sisi yang berbeda. Saya melihat dari sisi emosi dan dialognya. Ketika melihat dari sisi ini, saya seolah dibawa untuk merasakan apa yang dirasakan oleh para teroris dan korban. Tak ada kesubyektifan dalam film ini. Dan satu lagi, dialognya juga cerdas.
Jadi, apabila anda ingin menonton tetapi masih ada keraguan, saya sarankan untuk tetap menontonnya. Dengan melihat sisi yang lain, bukan dari blooper-nya.
Addendum :
Ada yang mengusik pikiran saya setelah menonton film ini. Disitu diceritakan bahwa suatu saat Imam Samudra akan mengirim surat dengan menggunakan Microsoft Word yang ada di Laptopnya. Jika kenyataannya memang begitu, dan Imam Samudra adalah orang yang benar-benar fanatik serta sangat membenci Amerika, kenapa dia harus menggunakan Microsoft Word yang notabene adalah produk Amerika ?
(didedikasikan untuk inspirator saya Herman Saksono, yang sangat ingin mengetahui ulasannya)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
The Blogger
- Syah
- Aku selalu percaya kepada manusia. Aku hanya tak percaya pada iblis yang bersemayam di hati mereka.
Recent Comments
Tags
Archives
- October 2008 (3)
- August 2008 (6)
- June 2008 (2)
- May 2008 (1)
- April 2008 (3)
- March 2008 (2)
- January 2008 (1)
- November 2007 (1)
- October 2007 (1)
- September 2007 (1)
- August 2007 (3)
- July 2007 (1)
- June 2007 (2)
- May 2007 (3)
- April 2007 (1)
- March 2007 (5)
- February 2007 (7)
- January 2007 (13)
- December 2006 (11)
- November 2006 (14)
wah... jadi pengen nonton euy... boleh pinjem ga... hfff... ga modal banget de... hehehe...
@mela : apanya yang harus aku pinjemin mbak? *bingung sendiri*
TErima kasih sudah menulis ini :)
Memang ada beberapa film yang kadang terlalau kompleks untuk dinikmati, sehingga pada akhirnya kita hanya mampu menikmati perifernya saja.
@herman : yup.... seharusnya di dalam menikmati film, kita jangan melihatnya dari satu sisi saja.
bener, sy masih ragu utk nonton, krn bnyk yg blg datar2 saja...tp setelah baca ulasan mas Syah....jd yakin lg buat nonton.....moga2 msh ada, soalnya ketinggalan bgt....hehe
@nila : masih ada kok mbak... sante aja