Miss. Untouchables

Jika ada istilah bahwa cinta tak selamanya harus memiliki, maka saya sedang mengalaminya saat ini. Awalnya saya tidak sependapat dengan istilah itu. Saya berpikir, untuk apa mencurahkan cinta saya, tetapi saya tidak memilikinya. Saya memiliki Tuhan dalam hati saya, maka saya mencintai-Nya. Saya mempunyai orangtua, maka saya mencintai mereka. Saya memiliki teman-teman, karena itulah saya mencintai mereka semua.
Tapi seorang wanita yang saya juluki Miss. Untouchables ini merubah pandangan saya tentang cinta tak harus memiliki. Saya mengenalnya sejak di bangku SMP. Dan tidak pernah menduga sebelumnya, bahwa wanita yang beda kelas dengan saya itu, kelak nantinya akan memberikan berjuta inspirasi puisi yang pernah saya tulis. Dan hal itu berlangsung terus-menerus hingga usia saya seperempat abad.
Saya juluki dia Miss. Untouchables karena semenjak saya mengenalnya, saya tak pernah bisa menggapai cintanya. Bukan, bukan karena ditolak. Justru saya belum pernah mengungkapkan perasaan saya. Cinta itu tak bisa tergapai lebih karena saya belum merasa yakin untuk bisa memilikinya. Dan ketika dia telah menemukan kehidupan dan pasangannya sendiri, saya semakin tenggelam dalam ketidakyakinan untuk bisa memilikinya.
Dia cantik. Jika cantik itu pohon, maka dia adalah hutan. Sayang sekali saya tak bisa memilikinya. Terkadang, cinta memang tak selamanya harus memiliki. Dan saya harus berbesar hati untuk bisa memahami itu. Ah, saya ini bodoh atau apa.


Read more...