Terbaik Terbaik
Published Sunday, December 03, 2006 by Syah in Cerpen, Petuah BijakSepasang kekasih sedang larut dalam obrolan yang serius. Obrolan yang menyangkut kelangsungan hubungan mereka.
Laki-laki : "Sayang,.... aku ga bisa mencintaimu lagi. Aku rasa kita harus mengakhiri hubungan ini"
Perempuan : *Terhenyak kaget dari sandaran bahu sang lelaki* "Kenapa sayang?"
Laki-laki : "Aku udah ga mencintaimu lagi. Itu aja"
Perempuan : "Iya.... tapi kan ada alasannya" *matanya mulai berkaca-kaca*
Laki-laki : *ragu dan bimbang* "Aku mencintai perempuan lain"
Perempuan : *Terdiam... sesaat kemudian, pipinya telah dibasahi airmata yang perlahan-lahan semakin deras*
Laki-laki : "Aku udah menemukan perempuan yang baik darimu, lebih dewasa, lebih smart. Lebih segala-galanya darimu. Dialah yang terbaik."
Perempuan : *Tangisnya menjadi-jadi, memegangi mulut sambil menggelengkan kepalanya* *tak berkata apa-apa*
Laki-laki : "Aku rasa udah tak ada yang perlu diomongin lagi. Aku pergi" *tanpa sepengetahuan sang perempuan, laki-laki itu menitikkan airmatanya, kemudian pergi meninggalkan perempuan itu*
Perempuan : *Jatuh berlutut sambil menangis. Tangis yang perih dengan hati yang tercabik dan cinta yang tercerabut. Sebuah perasaan yang tak akan pernah hilang dari ingatannya*
(bersambung...)
Satu pertanyaan. Apakah tindakan yang dilakukan sang laki-laki itu bisa dibenarkan?
Wajar memang bagi seseorang untuk mengharapkan yang terbaik dari pasangannya. Tapi jika begitu caranya, seolah seperti running in circle, and chasing in tail. Tak bertepi...
Saat kita mencari pasangan yang terbaik untuk kita, apakah itu terbaik untuk saat ini dan masa yang akan datang? Bagaimana saat kita sudah menemukan pasangan yang terbaik, tiba-tiba muncul orang lain lagi yang justru lebih baik? Bagaimana jika pasangan yang kita tinggalkan justru malah berubah menjadi seseorang yang lebih baik? Apa sekali lagi harus kita tinggalkan pasangan kita untuk mendapatkan yang lebih baik itu?
(sambungan...)
Lima tahun pun berlalu. Sang laki-laki tersadar bahwa dia lelah untuk mencari pasangan yang terbaik. Dia berharap perempuan yang ditinggalkannya lima tahun yang lalu masih mau menerimanya. Karena dengan perempuan itulah dia merasakan cinta yang lain. Akhirnya mereka pun bertemu.
Laki-laki : "Maafkan aku.... "
Perempuan : "Sudah aku maafkan. Aku pun tak bisa melupakanmu. Entah kenapa...."
Laki-laki : "Maukah kita buka lembaran baru hubungan kita?"
Perempuan : *Tersenyum bijak* "Tentu...."
Laki-laki : *memeluk erat sang perempuan seolah ingin menghapus kesalahan yang telah dibuatnya lima tahun lalu*
Laki-laki : "Sayangku, akhirnya aku menyadari bahwa mencari pasangan yang terbaik itu takkan ada habisnya. Aku telah mendapatkan pasangan yang bisa mencintai dan menghargai diriku."
Perempuan : *bergelayut manja di lengan sang laki-laki*
Maaf kalau ending-nya tidak sesuai yang diharapkan. Karena aku rasa itulah yang terbaik.
Laki-laki : "Sayang,.... aku ga bisa mencintaimu lagi. Aku rasa kita harus mengakhiri hubungan ini"
Perempuan : *Terhenyak kaget dari sandaran bahu sang lelaki* "Kenapa sayang?"
Laki-laki : "Aku udah ga mencintaimu lagi. Itu aja"
Perempuan : "Iya.... tapi kan ada alasannya" *matanya mulai berkaca-kaca*
Laki-laki : *ragu dan bimbang* "Aku mencintai perempuan lain"
Perempuan : *Terdiam... sesaat kemudian, pipinya telah dibasahi airmata yang perlahan-lahan semakin deras*
Laki-laki : "Aku udah menemukan perempuan yang baik darimu, lebih dewasa, lebih smart. Lebih segala-galanya darimu. Dialah yang terbaik."
Perempuan : *Tangisnya menjadi-jadi, memegangi mulut sambil menggelengkan kepalanya* *tak berkata apa-apa*
Laki-laki : "Aku rasa udah tak ada yang perlu diomongin lagi. Aku pergi" *tanpa sepengetahuan sang perempuan, laki-laki itu menitikkan airmatanya, kemudian pergi meninggalkan perempuan itu*
Perempuan : *Jatuh berlutut sambil menangis. Tangis yang perih dengan hati yang tercabik dan cinta yang tercerabut. Sebuah perasaan yang tak akan pernah hilang dari ingatannya*
(bersambung...)
Satu pertanyaan. Apakah tindakan yang dilakukan sang laki-laki itu bisa dibenarkan?
Wajar memang bagi seseorang untuk mengharapkan yang terbaik dari pasangannya. Tapi jika begitu caranya, seolah seperti running in circle, and chasing in tail. Tak bertepi...
Saat kita mencari pasangan yang terbaik untuk kita, apakah itu terbaik untuk saat ini dan masa yang akan datang? Bagaimana saat kita sudah menemukan pasangan yang terbaik, tiba-tiba muncul orang lain lagi yang justru lebih baik? Bagaimana jika pasangan yang kita tinggalkan justru malah berubah menjadi seseorang yang lebih baik? Apa sekali lagi harus kita tinggalkan pasangan kita untuk mendapatkan yang lebih baik itu?
(sambungan...)
Lima tahun pun berlalu. Sang laki-laki tersadar bahwa dia lelah untuk mencari pasangan yang terbaik. Dia berharap perempuan yang ditinggalkannya lima tahun yang lalu masih mau menerimanya. Karena dengan perempuan itulah dia merasakan cinta yang lain. Akhirnya mereka pun bertemu.
Laki-laki : "Maafkan aku.... "
Perempuan : "Sudah aku maafkan. Aku pun tak bisa melupakanmu. Entah kenapa...."
Laki-laki : "Maukah kita buka lembaran baru hubungan kita?"
Perempuan : *Tersenyum bijak* "Tentu...."
Laki-laki : *memeluk erat sang perempuan seolah ingin menghapus kesalahan yang telah dibuatnya lima tahun lalu*
Laki-laki : "Sayangku, akhirnya aku menyadari bahwa mencari pasangan yang terbaik itu takkan ada habisnya. Aku telah mendapatkan pasangan yang bisa mencintai dan menghargai diriku."
Perempuan : *bergelayut manja di lengan sang laki-laki*
Maaf kalau ending-nya tidak sesuai yang diharapkan. Karena aku rasa itulah yang terbaik.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
The Blogger
- Syah
- Aku selalu percaya kepada manusia. Aku hanya tak percaya pada iblis yang bersemayam di hati mereka.
Recent Comments
Tags
Archives
- October 2008 (3)
- August 2008 (6)
- June 2008 (2)
- May 2008 (1)
- April 2008 (3)
- March 2008 (2)
- January 2008 (1)
- November 2007 (1)
- October 2007 (1)
- September 2007 (1)
- August 2007 (3)
- July 2007 (1)
- June 2007 (2)
- May 2007 (3)
- April 2007 (1)
- March 2007 (5)
- February 2007 (7)
- January 2007 (13)
- December 2006 (11)
- November 2006 (14)
waduh, kok gitu...ck perempuan itu baik apa baik sih?
aku ogah aha
Q agak kurang suka sm endingnya ya...mungkin krn Q bukan tipe cewek yg mo nrima ajha diperlakukan sedemikian rupa sm cowok. jd ya mending cari yg baru ajha deh hehehehehehe
makasih..... aku pun juga ga setuju sebenernya. tapi kisah itu emang bener2 terjadi kok...
Waa...dari kisah nyata niy...
Kirain ketika cowoknya pergi sambil nangis itu karena cowok itu sebenernya menginginkan bahwa dengan cara meninggalkan cewek itu, maka sang cewek akan mendapat cowok yg lebih baik dari dia (menurut dia)...
tapi kadang biar qt ngerasa udah dapet yg terbaik kenapa kadang masih timbul keraguan benarkah dia emang yg terbaik??
perempuan menerima kembali si lelaki..tapi telah menyiapkan pembalasan atas pengkhianatan cinta di masa lalu..tentunya yang lebih perih *ketawa iblis* :P
ihh gmn siy perempuannya? masa slm 5 taon ga nemu pria yg lebuh baik dr y g dulu? hufff... cinta deritanya tiada akhir *pat kai banget* :D
Meninggalkan seseorang demi 'yang katanya' lebih baik bisa aja dilakukan kedua belah pihak, cuma disini kasusnya kebetulan cowoknya yang punya pikiran gitu.
IMHO, kalo msh mikir cari yg terbaik, brarti seseorang itu belum mengenal dirinya dg baik. Yg dibutuhkan menurut saya adalah yg paling cocok sama kita. Kalo kt ga terlalu baik, ya jgn minta yg sempurna. Nanti pasangan kita yg malah mikir cari org lain yg lebih baik :D.
Masalahnya, perkara mencari yg cocok ini mau tdk mau pasti akan melewati masa seperti cerita di atas. Meninggalkan seseorang demi orang lain. Memang berat, tp menurut saya proses pencarian tetap harus jalan supaya di saat sudah memilih, tidak lagi bimbang. Misal ternyata proses pencarian berhenti justru kepada pasangan pertama(yg pernah ditinggalkan), meminjam kata pepatah: kalau jodoh tak akan lari kemana.
wah,.... mbak erra kayaknya punya pengalaman spt cerita entry ini ya? hehehehe... panjang banget komentarnya..
nice story..
tapi endingnya emang kurang menggigit :D
*liat komen mb maya* Setuju!
hehehe..
@fany : nanti kalo endingnya menggigit, bisa ompong mbak.... hehehehehe