Bahasaku, Bahasamu, Bahasa Kita, dan Salah Kaprahnya

Aku : “Kalo sakitnya ngga sembuh-sembuh, dibawa ke hospital aja”
Temanku : “ Ah, kamu itu sok banget sih. Ngomong pake dicampur-campur aja bahasanya. Rumah sakit kali bukan hospital. Gunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”
Aku : “Lho,… kalo dibawa ke rumah sakit ntar bukannya jadi sembuh malah tambah sakit.”
Temanku : “Mana ada orang sakit masuk rumah sakit malah tambah sakit?”

Menurutku terdapat kerancuan makna untuk kata ‘rumah sakit’. Sebutan ‘rumah sakit’ terasa lebih cocok apabila diganti dengan ‘hospital’. Sebab, kalau ‘rumah makan’ dimaksudkan ‘rumah untuk makan’ maka ‘rumah sakit’ juga bisa dimaksudkan ‘rumah untuk sakit’ :D. Demikian juga untuk sebutan ‘obat nyamuk’. ‘Obat nyamuk’ dimaksudkan ‘obat untuk nyamuk’. Ini berarti bukan membasmi nyamuk, tetapi malah mengobati nyamuk. Seharusnya sebutan ‘obat nyamuk’ diganti dengan ‘pembasmi nyamuk’ :D. Masih banyak contoh lain yang mempunyai kerancuan makna seperti yang telah disebutkan diatas.
Jika kita menelusuri asal dari sebuah kata (etimologi), bisa kita temui arti yang sangat berlawanan dengan arti sebenarnya. Contohnya adalah kata ‘cendekiawan’. Asal kata ‘cendekia’ berasal dari bahasa Hindustani (sekarang bahasa Hindi dan Urdu), yakni ‘chhandikya’ yang berarti ‘suka memfitnah’. Kata ini juga bersinonim dengan durhaka, culas, dan khianat. Dalam bahasa Minangkabau pun, kata tersebut masih dipakai dengan arti ‘licik’. Mungkin karena alasan inilah Gus Dur tidak mau menjadi anggota ICMI :D.
Contoh yang lain lagi adalah kata ‘sarjana’. Dilihat dari etimologisnya, kata ‘sarjana’ berasal dari bahasa Sansekerta, yakni ‘sajjana’ yang berarti ‘bewatak baik’, ‘arif’, dan ‘terhormat’. Arti ‘sarjana’ mengalami penyempitan makna menjadi ‘orang yang menamatkan pendidikan S1’. Kalau kamu adalah sarjana, maka ingatlah asal muasal kata ini, diharapkan agar nantinya selalu arif, terhormat dan berwatak baik. :D.
Percakapan sehari-hari juga di bumbui dengan kata dari bahasa asing. Untuk yang satu ini tidak begitu masalah sebenarnya, karena memang belum ditemukan padanan katanya. Tapi kalau kata tersebut sudah dibakukan dan dimasukkan ke dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) apa masih layak mengucapkan sesuai aslinya?. Kata ‘fluoride’, ‘chlorine’, dan ‘calcium’ sebenarnya sudah dibakukan ke dalam KBBI. Tetapi masih banyak saja orang yang mengucapkannya /floraid/, /klorain/, /kelsyum/ bukannya /florida/, /klorin/, dan /kalsium/. Kemudian ada lagi kata ‘produk’ diucapkan menjadi /prodak/, kata ‘klien’ dilafalkan menjadi /klayen/ dan kata ‘ad hoc’ yang belum dibakukan dilafalkan menjadi /ed hok/. Padahal kata ‘ad hoc’ sebenarnya bukan berasal dari bahasa Inggris melainkan bahasa latin dan dilafalkan menjadi /ad hok/.
Memang, untuk melafalkan sebuah kata tidak harus menguasai pengetahuan etimologi, tetapi kita sudah mempunyai KBBI yang bisa dirujuk setiap saat. Untuk itu berhati-hatilah jika melafalkan kata yang berasal dari bahasa asing. Karena bahasa adalah identitas sebuah bangsa. :)


5 comments:

  1. Anonymous

    :) mungkin istilah IT yang padan katanya lucu-lucu. yang pernah aku baca :
    - download : mengunduh
    - mouse : tikusan
    - scanner : pemindai
    - chip : keripik kecil
    - cd : cakram padat
    lainnya kok lupa ya :)

     
  2. Syah

    wah... makasih ya dah nyangkut di blogku. aku udah add blog kamu neh.

     
  3. Anonymous

    wah makasi ya.. ada tugas BI diminta nyari history kata sarjana .. hmm terselamatkan deh
    hontou ni arigatou gozaimasu... :)

     
  4. Jhon elbow
    This comment has been removed by the author.  
  5. Jhon elbow

    apa sumber anda kalau asal kata 'cendekia' itu 'chhandikya' artinya 'suka memfitnah'!??

    kalo di wikipedia asal katanya itu 'Chanakya'!

     

Post a Comment