Naluri Ibu

Mother is the name for God on the lips and hearts of all children. (Brandon Lee in The Crow)


Rahma dan Indra telah saling mengenal sejak mereka duduk di bangku SMP. Meski mereka telah kenal lama, mereka baru berpacaran saat usia mereka memasuki 25 tahun. Dan sampai pada akhirnya Indra berencana akan melamar Rahma.
Rahma, yang telah mengetahui bahwa Indra akan melamarnya, memberi tahu orang tuanya tentang rencana lamaran Indra.

Rahma : "Mah, pah.... Mas Indra mau melamar Rahma akhir bulan ini"

Bapak : "Oh bagus itu... papah sih setuju aja. Dia anak yang baik. Asal kamu udah siap semuanya aja."

Ibu : "Kalo mamah ngga setuju gimana?"

Pertanyaan ibunya mengagetkan Rahma.

Rahma : "Ngga setuju gimana mah?"

Ibu : "Indra itu egonya gede... kamu siap kalo nantinya malah makan ati terus?"

Rahma : "Lho tapi kan mamah baru mengenalnya beberapa bulan ? Kok mamah bisa nyimpulin kalo mas Indra orangnya egois ?"

Ibu : "Iya mamah tau. Lagian usia kalian kan sepantaran. Kalo usia sepantaran, nantinya akan susah untuk membina rumah tangga."

Rahma : "Mah,... memangnya kenapa kalo sepantaran mah?. Kedewasaan seseorang kan ngga bisa ditentuin dari banyaknya usia?. Mas Indra pun juga udah ngga egois lagi. Rahma yang merubahnya mah..."

Rahma adalah anak yang berpikiran logis. Segala sesuatunya akan dianggap baik jika benar menurut logikanya. Dia pun sebenarnya anak yang patuh dan tak pernah membantah orang tuanya. Karena semua arahan dan nasehat orang tuanya, adalah logis menurut logikanya. Tapi kali ini dia dihadapkan pada pilihan yang sulit. Antara cintanya kepada Indra dan kepatuhan pada ibunya.
Setelah lama berdebat dengan ibunya, Rahma pun akhirnya mengalah. Dia memilih akan terus menjalin hubungan dengan Indra dan menunda lamarannya sampai ibunya setuju akan hubungan mereka.
Tiga bulan pun berlalu. Dan tepat tanggal 22 Desember. Indra yang begitu dicintainya, mengkhianati cinta tulusnya. Selama dia menjalin hubungan dengan Rahma, dia juga mencintai wanita lain. Dia menutupi perselingkuhan dengan begitu rapinya. Mereka pun akhirnya mengakhiri hubungan mereka.
Beberapa jam setelahnya, Rahma menangis sejadinya di pelukan ibunya. Meminta maaf atas kejadian tiga bulan lalu meski ibunya menganggap bahwa Rahma tidak melakukan kesalahan. Sambil masih memeluk ibunya yang selama 25 tahun menjadi pelita hatinya, dia baru menyadari bahwa logikanya takkan berarti apa-apa jika dibandingkan dengan naluri ibunya. Dia pun juga menyadari bahwa restu ibu sesungguhnya adalah restu Tuhan.


10 comments:

  1. mel@

    pengalaman pribadi ni...
    jadi ibu?... rahmah?... indra?... ato bapak?... hehehe...

     
  2. Syah

    @mela : bukan pengalaman Pribadi neng... tapi pengalaman Priyadi. hehehehehehe

     
  3. Anonymous

    hidup memang complicated
    *sigh*

     
  4. Herman Saksono

    Hmmmm bukankh yang terbukti adalah Indra nafsunya gede, bukan Indra egonya gede. Berarti ibunya salah dong. :p

     
  5. Er Maya

    restu ibu adalah pengharapan dan doa ibu untuk sang buah hati :)

     
  6. Syah

    @rara : kalo ga complicated, bukan hidup namanya.

    @herman saksono : hahahaha iya juga ya....

    @maya : begitulah ibu.....

     
  7. Anonymous

    ya memang bener!! restu ibu itu bisa dikatakan restu tuhan...
    ada sesuatu dibalik semua itu yg terkadang kita tak tahu..
    btw
    salam kenal mas :)

     
  8. Syah

    @joni : bukan berarti ibu itu Tuhan lho ya... jangan sampe salah.
    salam kenal juga buat mas joni. nanti saya mampir deh.

     
  9. Anonymous

    cerita yang menarik, tinggal dikumpulin mas, terus dibikin bukunya.
    ditunggu cerpen berikutnya.

     
  10. Syah

    @gaussac : wah kalo untuk urusan bikin buku, itu masih jauh dari cita-cita saya. mungkin nanti 10 tahun lagi. syapa tau....

     

Post a Comment